Jannah Theme License is not validated, Go to the theme options page to validate the license, You need a single license for each domain name.
Alumni

Profil Ust Amru Nur Kholish

Profil Alumni Ust Amru Nur Kholish

 

KETIKA MUSIBAH BERUJUNG BAROKAH

Di episode alumni kali ini majalah taujih memberikan sebuah Profil seorang ustadz yang sedang diberikan ujian oleh Allah SWT, yakni kelumpuhan setengah badan beliau. Yang mana beliau mampu membuktikan kepada kita semua bahwa dengan segala kekurangannya beliau tetap mampu menunjukan karya-karya beliau yang masha Allah luar biasa keren dan bermanfaat untuk ummat.

Beliau adalah Ust Amru Nur Kholish, di episode kali ini taujih akan memberikan artikel dengan judul ( Profil Ust Amru Nur Kholish, Kekurangan Tak Menyurutkan Niat tuk Berkarya ).


 Melihat sosoknya kita tak pernah menyangka, bahwa lelaki di atas kursi roda itu adalah orang besar. Betapa tidak, usaha air minum dan herbal berlaba belasan juta perbulan berjalan di bawah kendalinya. Puluhan artikel berkwalitas di beberapa majalah dakwah juga rutin dia telurkan tiap bulannya. Di samping statusnya yang juga menjadi dewan komisaris sebuah majalah ternama.

Ustadz Amru Nur Kholis, nama lelaki di atas kursi roda itu. Nama yang seyogyanya tak asing bagi para khotib jum’at. Mengingat sudah belasan ribu exemplar buku kumpulan khutbah habis terjual. tersebar di saentero nusantara. Ikut menggemakan mimbar mingguan tersebut.


Lulus dari Pesantren Darusy Syahadah 17 tahun silam. Tepatnya pada tahun 1999. Ustadz bernama asli Muhammad Nur Kholis ini masih menjalani hari-hari dengan normal. Dua kaki yang diamanahkan Alloh masih sehat semua.

“Setelah lulus saya sempat tugas (wiyata bakti) selama dua tahun di Purworejo, tepatnya di desa Placor, kutoarjo.”

[bs-quote quote=”Maksimalkan Hidup untuk Beribadah dan Bermanfaat bagi Ummat” ini berpesan selalulah bersabar dan tekun dalam mencari ilmu” style=”default” align=”left” color=”” author_name=”Ust Amru Nur Kholis” author_job=”Alumni Ponpes Darusy Syahadah” author_avatar=”https://www.majalahtaujih.com/wp-content/uploads/2021/03/IMG-20210325-WA0035.jpg” author_link=””][/bs-quote]

Selepas habis masa baktinya di sana ustadz asli kelahiran Sambi Boyolali 1980 ini meneruskan study di ma’had Abu bakar Ash shidiq UMS solo. “Ketika itu saya lulus tahun 2002.” tukasnya. Tak menunggu lama setahun kemudia beliau bergabung dengan beberapa ikhwan di Solo memprakarasai diterbitkannya majalah Bifisa. “Yaa dulu masih apa adanya poto kopian saja isinya itu. Tapi justru Bifisa lah yang menjadi cikal bakal berdirinya majalah An Najah yang sekarang.” kata alumni SMPN 1 Ngemplak Boyolali ini menjelaskan.

Kepada Taujih, beliau menuturkan bahwa dari Bifisa itulah karir menulis beliau secara professional dimulai. Dalam perjalanannya Bifisa pun berkembang. Hingga pada tahun 2005 dalam kondisi yang amat minim finansial tentunya Bifisa melebur dengan sebuah majalah dakwah di Klaten dan berdirilah majalah An Najah. dengan 12 crewnya ketika itu.

Tiga tahun berjalan. Majalah An Najah di bawah asuhan ustadz Amru (begitu panggilan akrab beliau) mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Bedah An Najah mulai digelar. Roadshow dan kajian di beberapa tempat mulai memadati jadwal harian mingguan hingga bulanan pimred An Najah periode 2005-2010 itu. Hingga akhirnya peristiwa nahas itu tiba. “Saya, entah kenapa selalu ingat detil waktu kejadian itu. Tanggal 8 bulan 8 tahun 2008 mejelang jam 8 malam.” tambahnya mengenang.

Sebuah kecelakaan lalu lintas merenggut organ gerak bagian bawah beliau. Tidak hilang. Hanya tidak bisa berfungsi secara normal. Seluruh organ dari pusar sampai ujung jari kaki lumpuh. Otomatis aktivitas beliau setelah itu selalu dalam koridor kursi roda. Bagi sebagian orang mungkin ini merupakan bencana yang amat berat. sebagian mungkin memilih untuk mengakhiri hidupnya daripada hidup dengan kondisi seperti itu.

Tapi ustadz Amru memilih jalan lain. Dengan optimisme dan keimanan yang lurus pada Allah beliau memutuskan untuk bangkit melawan anggapan orang banyak terhadap kondisi beliau. Maka Allah memberi jalan. Setelah kondisi beliau berubah drastis, praktis beliau kehilangan banyak kesempatan berbakti pada ummat seperti dulu. Satu persatu jabatan beliau lepas. meski sebenarnya kemampuan beliau masih amat diharapkan. Lalu dengan sedikit uang sumbangan dari kawan-kawan alumni dan tabungan pribadi yang tak seberapa beliau memulai bisnis isi ulang air minum dan obat herbal. Dalam menjalani hari hari beliau dibantu oleh sang istri yang amat sabar. “Ini mungkin jalan saya berbakti untuk meraih jannah.” tutur salah sesepuh alumi Darusy Syahadah mengutip perkataan istri beliau. Juga beberapa karyawan dari majelis taklim yang membantu operasional fisik dari bisnis beliau. “Dulunya tiga sekarang tinggal satu.”kata owner toko herbal dan isi ulang air minum Asy Syifa’ ini.

Ternyata bisnis itu menjadi ladang berkah tersendiri yang Allah bukakan. Hingga kini selain menjual isi ulang air minum dan obat-obat herbal, toko Asy syifa juga melayani instalasi mesin isi ulang. “Saya berani buka instalasi pemasangan, karena tahu harga-harga pasaran dan pusat-pusat kulakannya”. akunya.

Atas bantuan kakak, satu cabang toko beliau dibuka. Tapi tak bertahan lama, karena tidak ada yang bisa konsen mengurus di sana akhirnya ditutup. Selebihnya dari mulai administrasi pembukuan, marketing, iklan dan investasi semua beliau yang mengatur. Diakuinya ilmu tentang managerial bisnis dan ekonomi itu beliau dapat dari salah satu dosen ekonomi senior di UMS yang sempat menjadi konsultan pemasaran An Najah.

Menariknya, semua hasil dari bisnis beliau dinvestasikan. sedang untuk kebutuhan sehari-hari beliau hanya menggunakan honor dari beberapa majalah tempat beliau menulis rutin dan honor menulis yang lain. “Memang sih.. kalo dalam kondisi seperti ini kan jarang ada panggilan keluar untuk ngisi kajian dll. Jadi, saya bisa lebih fokus menulis.” tukasnya. Melalui tangan beliau beberapa karya kumpulan khutbah terlahir. Beberapa di iantaranya malah sampai jadi nasional best seller.

Diakuinya pendidikan di Darusy Syahadah benar-benar menjadi frame dalam memandang masalah keummatan di luar. Sehingga amat membantu para santri  untuk menentukan peran beramal iqomatuddin.

Terakhir,untuk para santri Darusy Syahadah ustadz bermotto hidup, “Maksimalkan Hidup untuk Beribadah dan Bermanfaat bagi Ummat” ini berpesan selalulah bersabar dan tekun dalam mencari ilmu. Lalu bagi pesantren, “Selalu lakukan upgrading guru supaya bisa menjawab tantangan zaman.”. pesan beliau. (aryo)

Artikel ini merupakan salah satu rubrik dari majalah taujih, di artikel ini kami dari mempublikasikan artikel profil dari para alumni pondok pesantren islam darusy syahadah.

Bagi para pembaca sekalian yang ingin membaca lebih lanjut mengenai rubrik alumni ini bisa mengunjungi link Alumni berikut ini.

Alumni

Related Articles

Back to top button