
Profil Alumni Ustadz Ali As Saqr
Fitrah sebagai manusia selalu ingin berada di posisi yang nyaman dengan rumah mewah, kendaran yang bagus, makanan enak dan fasilitas hidup lainnya. Termasuk mencari ilmu, tidak banyak orang yang mau dan bersemangat bila balajar di tempat yang kurang representatif secara fisik apalagi dengan kondisi tidak nyaman ber-suhu 20◦ – 30◦ C.
Namun lain dengan alumni kita kali ini beliau Ustadz Ali As-Saqr. Ustadz muda asal Bontang ini rela meninggalkan keluarga, istri serta kedua anaknya dan memantapkan langkahnya menuju Afrika Tengah.
Sudan Menjadi Tujuan
Ustadz Ali As Saqr merupakan anak ke 2 dari 3 saudara pasangan bapak Anton Sartono dan ibu Indrayati. Beliau mengawali pendidikannya di TK Yayasan Pupuk Kaltim (YPK), Bontang Kalimantan Timur, lulus tahun 1997. Untuk pendidikan di tingkat dasar (SD) hingga menengah atas (SMA) beliau belajar di sekolah yang sama.
Setelah lulus SMA tahun 2008, beliau memulai pengembaraannya menuntut ilmu keluar daerah. Dan kota Gudeg menjadi tujuannya. Di Jogjakarta, beliau kuliah di salah satu universitas favorit di negeri ini, yaitu Universitas Gadjah Mada. Namun karena suatu hal, beliau tidak menyelesaikan kuliahnya. Tahun 2011 beliau keluar dari UGM dan mencari pengalaman dengan merintis usaha.
Kemudian tahun 2013 beliau tertarik masuk Pondok Pesantren Darusy Syahadah Simo, Boyolali. Di antara alasan beliau belajar di Darusy Syahadah adalah untuk mencari bekal dan sebagai pijakan dalam menapaki kehidupan. Banyak kesan yang beliau dapat selama mondok di Darusy Syahadah. Di antaranya beliau baru merasakan belajar yang sesungguhnya ketika di menimba ilmu di Darusy Syahadah. Selain itu, keikhlasan para ustadznya dalam mendidik dan membina santri juga menjadi kesan tersendiri bagi beliau. Beliau belajar di Darusy Syahadah selama 2 tahun dengan mengambil Program TakhasussI I’dad Du’at (TID).
Setelah lulus dari Darusy Syahadah bersama teman yang lainya, ustadz yang hobi membaca ini mendapat mandat untuk bertugas di Darusy Syahadah di tempat di mana beliau menimba ilmu. Ketika bertugas beliau mendapat amanah di bagian bahasa dan mengampu materi hadits.
Selama beliau bertugas Di Darusy Syahadah kurang lebih 3 tahun lamanya. Tahun 2016 beliau menyempurnakan separuh agamanya dengan menikahi akhwat shalihah asal Jakarta, Nida Ulfalah Fitri. Darinya beliau dikaruniai dua anak yang bernama Maryam dan Abdullah.
Tidak lama setelah menikah beliau tinggalkan keluarga, anak dan istri untuk sementara waktu. Beliau berangkat ke Negeri miskin dan panas yang terkenal dengan periwayatan bersanadnya, Sudan, untuk menuntut ilmu. Kendala utama belajar di Sudan tentu tidak senyaman belajar di Indoensia dan juga cuaca ekstrim mencapai 25-30 derajat celcius.
‘’Saya melihat langit Sudan tidak ada awannya. Mungkin itu sebab kenapa sudan lebih panas’’ ujarnya sambil tersenyum.
Sekalipun cuacanya panas, beliau tetap semangat belajar. Beliau tak pernah malas mendatangi masayaikh satu persatu dengan berjalan kaki. Terkadang sesekali naik kendaran umum sambil menghafal matan-matan untuk disetorkan kepada mereka.
‘’Syaikh di Sudan akan sangat senang jika ada murid nya yang menghafal matan kemudian disetorkan kepadanya. Sepahit pahitnya kami belajar di Sudan semua hilang ketika kami bertemu dengan syaikh kami’’ ujarnya.
Di sisi kesibukan beliau sebagai penuntut ilmu beliau adalah seorang pembisnis. Beliau memulai bisnis dengan menjadi makelar jual pulsa dan merintis penjualan sabun. Beliau memulai dengan diiringi dengan Ilmu, Tawakal, dan disiplin. Alhamdulillah beliau termasuk pembisnis yang sukses.
Ustadz yang bermotokan hidup:
مَنْ تَرَكَ شَيْئًا للهِ عَوَّضَهُ اللهُ خَيْرًا مِنْهُ
‘’Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah pasti ganti dengan yang lebih baik darinya”, berpesan kepada para Asatidah, Jazakumullahu khoiran, tidak ada perdagangan yang lebih menguntugkan dibanding berdagang dengan Robbul ‘alamin. Sesungguhnya ilmu menjadi pondasi segala sesuatu. Maka antum sebagai peletak pondasi itu semoga tetap istiqamah, tetap semangat untuk belajar dan mengembangkan diri dan tidak terjebak dengan rutinitas. Hafizhakumullah
Tak lupa juga beliau berpesan kepada para Santri, anak-anak dan ikhwan yang saya cintai karena Allah, sesungguhnya jalan yang engkau lalui adalah sebuah jalan yang agung. Maka seriuslah menapakinya karena tidak semua orang diberikan nikmat untuk menjalanimya. Ketika harta menjadikanmu sebagai penjaganya, maka ilmu saat kamu dapatkan dialah yang akan menjagamu. Maka sebagaimana mereka bersemangat mengejar perbendaharan dunia, maka antum lebih berhak untuk semngat mencari ilmu. Jalan ilmu adalah jalan yang panjang yang hanya berhenti ketika ajal menjemput, maka sabarlah di dalamnya. Rapihlah dalam menuntutnya, hiasilah dirimu dengan adab-adabnya. Semoga kalian termasuk orang-orang yang Allah muliakan dengan ilmu. Aamiin.
Demikian profil singkat salah satu alumni Ponpes Darusy Syahadah, Ustadz Ali As Saqr. Beliau rela meninggalkan keluarga; anak dan istri untuk sementara waktu demi menunut ilmu. Semoga keberkahan selalu terlimpah kepada beliau dan keluarganya. Aamiin. (Ival)