Jannah Theme License is not validated, Go to the theme options page to validate the license, You need a single license for each domain name.
Taujih

Pengertian Zuhud,Keutamaan Dan Dalil Dari Alquran dan Hadist

Pengertian Zuhud

Assalamualaikum wr wb. oke selamat datang para pembaca setia majalah taujih online di website tercinta ini. Di artikel kali ini admin akan memberikan sebuah artikel mengenai pengertian zuhud, baik itu menurut bahasa dan istilah, urgensi zuhud dalam kehidupan kita dan keutamaan zuhud terhadap dunia ini.

Dan tak lupa kami juga memberikan dalil dalil keutamaan zuhud ini dari alquran dan hadist nabi muhammad SAW, selamat membaca.

Pengertian Zuhud Secara Bahasa Dan Istilah

Zuhud secara bahasa berarti menolak sesuatu karena mengangap remeh sesuatu tersebut. Sedang pengertian zuhud secara istilah adalah mengambil (menggunakan) sesuatu sesuai dengan kebutuhan dari yang halal dan yakin akan kehalalannya. Jadi zuhud bukan berarti mengharamkan yang halal menolak semua harta. Harta tetap boleh digunakan sesuai kebutuhan manusia, dengan syarat harta tersebut halal dan tidak berlebihan dalam penggunaannya.

Zuhud juga berarti berpalingnya keinginan terhadap sesuatu kepada suatu yang lebih baik. Maksudnya berpalingnya keinginan terhadap dunia kepada akhirat, karena akhirat lebih baik dari pada dunia. Akhirat merupakan kehidupan yang kekal abadi sedang dunia adalah fana. Allah berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Al A’la: 16-17)

 

Pengertian Zuhud Dan Dalilnya

Banyak ayat maupun hadits yang menyebutkan pujian bagi orang yang zuhud di dunia dan celaan terhadap dunia. Allah berfirman:

وَفَرِحُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلا مَتَاعٌ

“Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit).” (Ar Ra’d: 26)

Allah juga berfirman:

وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al Ankabut: 64)

 

Sedang hadits-hadits yang menjelaskan tentang celaan terhadap dunia dan kehinaannya, antara lain:

Rasulullah, juga menjelaskan tentang kerendahan dunia dalam riwayat Jabir ra, Rasulullah SAW pernah lewat pasar diikuti orang banyak di sebelah kanan dan kiri beliau.  Ketika itu beliau menemukan bangkai seekor anak kambing yang cacat telinganya. Lalu beliau mengambil dan memegang telinganya, sambil bertanya, “Siapa yang mau memiliki bangkai ini dengan harga satu dirham?” Orang-orang menjawab, “Kami tidak mau memilikinya seberapapun harganya. Untuk apa?! Beliau bertanya lagi “Apakah ada yang suka memilikinya tanpa membeli?” Mereka menjawab, “Demi Allah, seandainya kambing itu masih hidup, ia pun cacat karena telinganya kecil, apalagi sudah mati.” Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, sungguh dunia itu di sisi Allah nilainya lebih hina dari pada (bangkai cacat ) ini di mata kalian.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

أَلاَ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ ذِكْرَ اللَّهِ وَمَا وَالاَهُ وَعَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا

“Ketahuilah! Sesungguhnya dunia itu dilaknat, dilaknat juga apa yang ada di dalamnya kecuali dzikir kepada Allah, apa yang mengikutinya, orang yang berilmu dan orang yang belajat ilmu.” (HR. At Tirmidzi).

 

Bukan Dunia yang Tercela

Celaan Al Qur’an dan hadits terhadap dunia bukan ditujukan kepada waktunya. Bukan ditujukan kepada waktu malam dan siangnya yang silih berganti hingga hari kiamat. Allah menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin memgambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.

Celaan terhadap dunia juga bukan ditujukan kepada tempatnya, yaitu bumi yang dijadikan oleh Allah sebagai tempat tinggal bagi manusia. Celaan bukan ditujukan kepada tumbuh-tumbuhan yang berupa pertanian dan pepohonan. Celaan bukan ditujukan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Karena semua itu merupakan nikmat Allah bagi para hamba-Nya. Nikmat-nikmat tersebut memberi manfaat dan faidah bagi manusia. Selain itu nikmat-nikmat Allah menunjukkan atas kekuasaan dan wujud Allah.

Namun celaan dunia ditujukan kepada perbuatan manusia yang dilakukan dalam kehidupan dunia. Karena kebanyakan mereka menyelisihi (ajaran) yang dibawa para Rasul. Allah berfirman, “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.” (Al Hadid: 20)

 

Keutamaan Zuhud

Di antara keutamaan zuhud di dunia adalah akan meraih kecintaan Allah dan kecintaan para hamba-Nya. Sebagaimana diriwayatkan dari Abul ‘Abbas, Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi radhiallahu ‘anhu, ia berkata: “Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam lalu berkata: ‘Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu perbuatan yang jika aku mengerjakannya, maka aku dicintai Allah dan dicintai manusia’. Maka sabda beliau:

ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ

“Zuhudlah engkau pada dunia, pasti Allah mencintaimu dan zuhudlah engkau pada apa yang dicintai manusia, pasti manusia mencintaimu”. (HR. Ibnu Majah dan yang lainnya, Hadits hasan)

Kecintan Allah dapat diraih dengan zuhud terhadap dunia. Maksudnya meremehkan dan menghinakan dunia karena Allah juga meremehkan dan menghinakannya serta memperingatkan para hamba-Nya agar tidak tertipu oleh dunia.

Kecintaan terhadap dunia dan kecintaan kepada Allah tidak akan pernah berkumpul dalam hati seorang hamba. Maka barangsiapa yang hatinya dipenuhi dengan kecintaan terhadap dunia, ia tidak akan mencintai Allah. Sehingga ia tak pantas mendapatkan kecintaan dari Allah.

Sedang Zuhud terhadap milik manusia maksudnya tidak ada dalam hatinya keinginan dan perhatian terhadap sesuatu yang dicintai manusia, yaitu dunia. Jika kita meninggalkan sesuatu yang dicintai oleh manusia maka mereka akan mencintai kita. Barang siapa yang bisa merealisasikan dalam dirinya zuhud dengan pengertian di atas maka dia akan meraih cinta Allah dan cinta manusia. Wallahu a’lam.

Artikel ini diterbitkan oleh majalah Taujih Online di website www.majalahtaujih.com

Related Articles

Back to top button