Kisah Ashabus Sabt
Kaum yang melanggar larangan hari Sabtu
(Bagian 1)
Syeikh Muhammad bin Abdurrahman Al-‘Arify حفظه الله
Penyunting: Syahidan Sulthoni S.Psi
الحمد لله والصلاة والسلام على محمد وعلى اله وصحبه أجمعين
Para Ikhwan dan Akhwat rahimakumullah, Segala puji bagi Allah k yang telah memudahkan kita untuk bertemu di salah satu rumah Allah l , yang tidaklah ada suatu kaum yang berkumpul di salah satu rumah Allah (Masjid), membaca kitab Allah dan mempelajari isinya di antara mereka , kecuali pasti akan turun kepada mereka ketentraman, Malaikat akan menaungi mereka dengan sayap-sayap mereka dan mereka senantiasa diliputi rahmat. Kemudian Allah akan menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya (penduduk langit). Maka kita berkumpul pada hari ini untuk membaca kitab-Nya dan mempelajarinya bersama-sama. Kita memohon kepada Allah untuk dikaruniai kemuliaan tersebut.
Saudara-saudara sekalian yang mulia, surat Al-A’raf adalah salah satu surat yang di dalamnya Allah l banyak menceritakan kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu. Hari ini saya akan membahas satu kisah yang juga terdapat dalam surat ini. Kisah ini bercerita tentang suatu kaum dengan peradapannya. Kisah ini juga telah disinggung di beberapa surat sebelumnya seperti surat Al-Baqarah misalnya. Kita akan bahas makna-makna yang terkandung di dalamnya. Allah l menjelaskan di dalamnya sekian banyak fadhilah.
Kisah-kisah di dalam Al-Qur’an sangat beraneka ragam. Oleh karena itu Sufyan Ats-Tsauri v berkata: “kisah merupakan salah satu tentara Allah “ maksudnya Allah jadikan kisah-kisah itu pelajaran bagi orang lain. Bila anda berbicara tentang kesabaran para Nabi dalam berdakwah anda akan temukan kisah yang pas untuk itu. Bila anda berbicara tentang perdagangan anda dapat mengambil pelajaran dari kisah Qarun. Bila anda berbicara tenntang fitnah kaum wanita anda bisa mengambil contoh kisah Isteri Raja yang menggoda Nabi Yusuf p . Pendek kata tak ada satu pun kisah dalam Al-Qur’an kecuali pasti ada hikmah dan pelajaran yang dapat dipetik. Oleh karena itu Allah l berfirman kepada Nabi kita ` :
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخْلَدَ إِلَى ٱلْأَرْضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ ۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا ۚ فَٱقْصُصِ ٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
“ Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir “(QS Al-A’raf 176)
Banyak sekali cerita fiktif atau cerita nyata yang beredar di tengah masyarakat, namun sebagian besar telah terdistorsi, baik ditambahi, dikurangi isinya atau diputar balikkan fakta yang ada. Berbeda dengan kisah-kisah dalam Al-Qur’an, semuanya adalah kisah nyata yang sesuai dengan kejadian yang sebenarnya.
Sekarang kita akan berbicara tentang kisah Ashabus Sabt , siapakah mereka? dan ada apa dengan hari sabtu? di mana tempat itu persisnya? Siapakah Nabi yang hidup di tengah-tengah mereka? Dan mengapa Allah berfirman di awal kisah” Dan tanyakanlah kepada mereka!” kepada siapa bertanya? Kenapa di ayat lain Allah berfirman “dan bacakanlah kepada mereka”, siapa mereka yang dimaksud?. Dan bolehkah pula kita memanggil Yahudi dengan anak keturuna kera?.
Sebelum menyebutkan kisah ini, pada ayat-ayat sebelumnya Allah l telah menerangkan keadaan Bani Isra’il. Allah l berfirman di antaranya :
ﮀ ﮁ ﮂ ﮃ ﮄ ﮅ ﮆ ﮇﮈ ﮉ ﮊ ﮋ ﮌﮍ
“ Dan (ingatlah hai Bani Israel), ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Firaun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup wanita-wanitamu“ (QS Al-A’raf: 141)
Semua ayat-ayat ini, termasuk ‘ dan tanyalah kepada mereka ‘(awal kisah ini), semuanya tertuju kepada orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah yaitu Bani Qainuqa’, Bani Nadhir dan Bani Quraidhah. Mengapa ayat-ayat ini tertuju kepada mereka tetapi di awal kisah ini Allah justru berbicara dan memerintahkan Nabi kita ` untuk bertannya kepada kaum Yahudi tentang kisah ini. Mengapa tak langsung kepada mereka seperti pda ayat-ayat sebelumnya?
Allah l menyebutkan keadaan Bani Isra’il sebagai peringatan bagi kita semua. Nama Musa p disebut sebanyak 133 kali dalam Al-Qur’an. Beliaulah Nabi yang paling banyak disebut di dalam Al-Qur’an. Sedangkan nama Nabi kita, Muhammad ` hanya disebut empat kali saja. Baiklah, mengapa Musa disebut dengan jumlah yang luar biasa banyaknya?. Al-Qur’an turun setelah sekian lama Rasulullah menjadi seorang yang memiliki keistimewaan tersendiri di kalangan Quraisy. Baru kemudian menjadi Nabi. Beliau sangat istimewa sekali, padahal ketika itu Quraisy berinteraksi dengan orang-orang Yahudi yang memiliki peninggalan kitab suci. Bahkan mereka memiiki pengaruh yang besar bagi bangsa Arab. Adalah orang-orang Arab, baik Quraisy atau yang lain, bila mereka penasaran dengan sesuatu maka mereka pergi ke orang-orang Yahudi untuk bertanya. Oleh karena itu ketika Nabi mulai mendakwahkan Islam mereka pun pergi ke orang-orang yahudi menayakan kepada mereka perihal beliau `. Nah, karena itu Nabi ` serng membacakan kepada para Shahabat g kisah-kisah Bani Isra’il, sebagai peringatan agar jangan samapai seperti mereka. (bersambung).
Diadaptasi dari Video Ceramah beliau yang berjudul : قصة أصحاب السبت . : http://m.youtube.com/watch?v=-usLfuIreq0