Kesalahan Makmum dalam Shalat Jamaah
Pertanyaan:
Saya pernah mengalami dalam shalat jamaah imam membaca Al Qur’an yang berisi ayat sajdah lalu imam bertakbir. Para makmum mengira itu takbir sujud tilawah sehingga sebagian besar makmum melakukan sujud tilawah. Kemudian terdengar suara imam mengucapkan tasmi’ (sami’allahu Liman Hamidah) spontan mereka kaget ternyata imam melakukan ruku’ bukan sujud tilawah. Kemudian makmum mengikuti shalat imam hingga selesai dan ikut salam bersama imam. Perlu diketahui peristiwa itu terjadi pada rakaat pertama. Bagaimanakah hukumnya? Apakah makmum harus melakukan sujud sahwi setelah salam imam karena meninggalkan ruku’ di rakaat pertama tersebut?
Jawaban:
Alhamdulillah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Saw beserta keluarga dan seluruh sahabatnya.
Secara umum perkara yang menyebabkan seseorang harus melakukan sujud sahwi adalah apabila terjadi kesalahan dalam shalat. Kesalahan itu bisa berupa tambahan, kekurangan atau ragu-ragu.
Sujud sahwi dilakukan apabila kesalahan itu terjadi dalam shalat sendirian atau seseorang menjadi imam. Adapun jika kesalahan itu terjadi sedangkan posisinya sebagai makmum maka menurut pendapat mayoritas ulama ia tidak dianjurkan untuk melakukan sujud sahwi, bahkan Ibnul Mundzir menyatakan adanya ijma tentang hal itu.
Beliau berkata dalam kitab Al-Ijma: “Para ulama telah berijma’ bahwa makmum yang melakukan kesalahan dalam shalat berjamaah tidak perlu melakukan sujud sahwi. Kecuali Makhul, ia berpendapat makmum tetap wajib melakukan sujud sahwi. Mereka juga berijma’ apabila imam melakukan sujud sahwi maka makmum wajib mengikuti sujud bersama imam”.
Hal ini berdasarkan keumuman sabda Nabi SAW:
إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَلاَ تَخْتَلِفُوا عَلَيْهِ ، فَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا ، وَإِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ . فَقُولُوا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ . وَإِذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوا
“Sesungguhnya dijadikan imam itu untuk diikuti. Maka janganlah kalian menyelisihinya. Apabila dia ruku, maka rukuklah. Apabila dia mengucapkan (Samiallahu liman hamidah) maka ucapkanlah, (Rabbana lakal hamdu). Apabila dia sujud, maka sujudlah.” (HR. Bukhori. 722 dan Muslim 414).
Dan juga hadits berikut ini, meskipun derajatnya dho’if akan tetapi hadits ini diamalkan oleh kebanyakan ulama. Dari Umar, dari Nabi SAW, beliau bersabda:
لَيْسَ عَلَى مَنْ خَلْفَ الإِمَامِ سَهْوٌ فَإِنْ سَهَا الإِمَامُ فَعَلَيْهِ وَعَلَى مَنْ خَلْفَهُ السَّهْوُ وَإِنْ سَهَا مَنْ خَلْفَ الإِمَامِ فَلَيْسَ عَلَيْهِ سَهْوٌ وَالإِمَامُ كَافِيهِ
“Tidak keharusan bagi orang yang shalat di belakang imam untuk melakukan sujud sahwi. Apabila imam lupa, maka imam dan makmum di belakangnya harus melakukan sujud sahwi. Apabila makmum yang lupa, maka tidak ada kewajiban sujud sahwi atas dirinya karena imam sudah mencukupinya.” (HR. Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi).
Terkait makmum yang melakukan kesalahan di belakang imam dalam shalat berjamaah perlu ada perincian. Kesalahan dalam shalat ada kalanya dalam perkara rukun, perkara wajib dan terkadang perkara Sunnah.
Pertama, kesalahan itu berupa meninggalkan rukun. Apabila dia sempat menyusuli rukun yang tertinggal tersebut, maka dia tidak perlu melakukan sujud sahwi. Namun apabila rukun yang tertinggal tersebut tidak disusuli dan dia langsung mengikuti imam, maka rakaat yang hilang rukunnya tersebut dianggap hilang dan tidak dihitung, sehingga ia wajib menambah satu rakaat lagi dan melakukan sujud sahwi setelah imam selesai salam.
Kedua, kesalahan itu berupa meninggalkan wajib atau Sunnah shalat. Apabila makmum meninggalkan bacaan ruku’, bacaan sujud atau tidak membaca doa istiftah, maka ia tidak perlu melakukan sujud sahwi sendiri di belakang imam. Sebab kesalahan makmum dalam shalat berjamaah ditanggung imam, kecuali jika imam melakukan sujud sahwi maka makmum wajib mengikutinya.
Bagaimana jika makmum ragu-ragu dalam shalatnya? Misalnya apakah sudah sujud dua kali atau baru satu kali? Sudah membaca doa sujud atau belum? Maka dalam hal ini dia juga tidak perlu melakukan sujud sahwi sendiri di belakang imam, berdasarkan hadits di atas dan juga hadits Muawiyah bin Al-Hakam:
“Saat kami shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba seseorang bersin, aku mengucapkan: YARHAMUKALLAAH, lalu orang-orang menatapku, aku berkata: Celaka aku, kenapa kalian menatapku. Mereka memukul-mukulkan tangan mereka ke lutut. Saat aku melihat mereka menyuruhku diam, aku pun diam. Seusai shalat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa sallam memberi pelajaran yang paling indah yang belum pernah aku lihat sebelum dan sesudahnya, demi Allah beliau tidak membentakku, tidak mencelaku dan tidak memukulku, beliau bersabda: “Sesungguhnya shalat ini tidak layak ada sesuatu kata-kata orang pun di dalamnya, shalat hanyalah tasbih, takbir dan bacaan Al Quran,” atau seperti yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. (HR. Ahmad no. 22645).
Dalam hadits tersebut Rasulullah SAW tidak menyuruh Muawiyah untuk melakukan sujud sahwi, padahal dia melakukan kesalahan dalam shalatnya sedangkan ia posisinya sebagai makmum.
Adapun dalam peristiwa yang Anda alami, maka ada beberapa poin jawaban:
- Bagi makmum yang sempat mendapatkan ruku’ bersama imam, maka dia tidak perlu melakukan sujud sahwi meskipun menambah sujud tilawah.
- Bagi makmum yang tidak sempat mendapatkan ruku’ bersama imam dan dia langsung melakukan sujud tilawah kemudian bangkit itidal mengikuti imam, maka dia harus menambah satu rakaat lagi setelah imam salam, kemudian melakukan sujud sahwi sebelum salam.
- Apabila makmum ikut salam bersama imam dan tidak menambah rakaat sedangkan waktunya tidak lama, maka dia langsung menambah satu rakaat lagi, kemudian melakukan sujud sahwi setelah salam.
- Apabila jangka waktunya sudah lama atau sudah batal wudhunya, maka ia wajib mengulangi shalatnya.
Wallahu a’lam bishshawab.