
Adab Shalat Tahajud
Shalat tahajud merupakan kebiasaan orang-orang shalih dan alim terdahulu. Rasulullah SAW pun menghasung para shahabatnya untuk mengerjakan shalat tahajud. Diriwayatkan dari Bilal, sesungguhnya Rasulullah bersabda:
عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ
“Hendaklah kalian melaksanakan shalat malam, karena sesungguhnya ia adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian. Shalat malam itu mendekatkan diri kepada Allah, pencegah perbuatan dosa, penghapus keburukan-keburukan dan menghilangkan penyakit yang berada di badan.” (HR. At Tirmidzi).
Dari Abdullah bin Salam, dia berkata, “Ketika Rasulullah tiba di kota Madinah, maka penduduknya beramai-ramai mendatangi beliau. Ketika aku perhatikan pribadi Beliau, aku mengetahui bahwa wajah beliau bukanlah wajah seorang yang suka berdusta. Adapun ucapan yang pertama aku dengar dari Beliau adalah sabda Beliau:
أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ.
“Wahai manusia sebarkanlah salam. berilah makan dan kerjakanlah shalat malam ketika manusia dalam keadaan tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan kedamaian.” (At Tirmidzi: 2487). Abu Isa (At Tirimidzi) berkata, “Hadits ini shahih.”
Para salafus shalih paham betul masalah shalat tahajud ini, sehingga mereka serius dalam menyikapinya. Malam-malam mereka dilalui tanpa tidur, mereka gunakan untuk mengerjakan shalat dan berkhalwat dengan Allah. Mereka tidak rela waktu malamnya terlewatkan begitu saja tanpa ada nilai pahala shalat tahajud. Sehingga di malam, mereka seperti rahib-rahib yang tidak pernah lelah dan capek dalam beribadah. Dan di siang hari mereka sebagai pejuang yang gagah berani. Allah berfirman:
لَيْسُوا سَوَاءً مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آَيَاتِ اللَّهِ آَنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ
“Mereka itu tidak sarna; di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (shalat malam).” (Ali Imram [3]: 113).
Shalat tahajud merupakan salah satu sarana penting untuk bertaqarrub kepada Allah. Bahkan shalat tahajud merupakan shalat yang paling utama setelah shalat fardhu. Tidak ada satu shalat sunnah pun yang dapat menyamai keutamaan shalat tahajud. Sebagaimana disebutkan dalam riwayat Abu Hurairah RA, beliau berkata:
سُئِلَ أَىُّ الصَّلاَةِ أَفْضَلُ بَعْدَ الْمَكْتُوبَةِ وَأَىُّ الصِّيَامِ أَفْضَلُ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ فَقَالَ: أَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ الْمَكْتُوبَةِ الصَّلاَةُ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ (رواه مسلم: 2756)
“Rasulullah ditanya, “Shalat apakah yang paling utama setelah shalat wajib?” Maka beliau bersabda, “Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat di tengah malam.” (HR. Muslim: 2756).
Shalat tahajud juga merupakan salah satu sifat utama hamba-hamba Allah. Allah berfirman tentang sifat orang-orang yang bertakwa:
إِنَّ ٱلۡمُتَّقِينَ فِي جَنَّٰتٖ وَعُيُونٍ ١٥ ءَاخِذِينَ مَآ ءَاتَىٰهُمۡ رَبُّهُمۡۚ إِنَّهُمۡ كَانُواْ قَبۡلَ ذَٰلِكَ مُحۡسِنِينَ ١٦ كَانُواْ قَلِيلٗا مِّنَ ٱلَّيۡلِ مَا يَهۡجَعُونَ ١٧ وَبِٱلۡأَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُونَ ١٨
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam taman-taman (surga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” (Adz Dzariyat: 15-18)
Maka sudah selayaknya penuntut ilmu melazimi amal mulia ini, shalat tahajud. Selain menjadi kebiasaan orang shalih dan orang alim terdahulu, melazimi shalat tahajud merupakan salah satu bukti ilmunya membuahkan ketakwaan dan kedekatan kepada Allah.
Imam Ahmad sangat perhatian dengan shalat tahajud. Sebagaimana diriwayatkan, suatu hari ada seseorang yang bermalam di rumah Imam Ahmad. Lalu beliau meletakkan wadah berisi air di dekat kamar orang tersebut. Namun orang tersebut tidak shalat malam dan tidak menggunakan air. Ketika waktu pagi beliau bertanya, “Mengapa engkau tidak menggunakan air?” Ia pun merasa malu dan terdiam. Kemudian Imam Ahmad berkata, “Subhanallah… Subhanallah… Saya tidak pernah mendengar hapalan hadits lalu tidak mengerjakan shalat malam.” (Ibnu Muflih, Adab Syar’iyah, II/169)
Apabila terpaksa tidak dapat melaksanakan shalat tahajud, maka hendaknya diusahakan minimal mengerjakan shalat witir walaupun satu rakaat. Karena menurut Imam Ahmad orang yang meninggalkan shalat witir dengan sengaja adalah orang yang buruk. Beliau berkata:
مَنْ تَرَكَ الْوِتْرَ عَمْدًا فَهُوَ رَجُلُ سَوْءٍ ، وَلَا يَنْبَغِي أَنْ تُقْبَلَ لَهُ شَهَادَةٌ
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat witir secara sengaja, sungguh dia orang yang buruk, tidak layak persaksian diterima.” (Ibnu Qudamah Al Maqdisi, Al Mughni, III/378).
Demikianlah seharusnya seorang penuntut ilmu, yaitu selalu menjaga shalat tahajud. Karena selain banyak keutamaannya, shalat tahajud merupakan salah satu sarana mendekatkan diri kepada Allah dan menjadi kebiasaan orang-orang shalih terdahulu. Maka kesungguhan menuntut ilmu hendaknya diiringi dengan semangat shalat tahajud. Wallahu a’lam bish shawwab.
Yazid Abu Fida’